Senin, 24 September 2012

CINTA TERLARANG, SEBAB, AKIBAT DAN TERAPINYA

Diposting oleh Fia Aulia di 07.13 1 komentar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
CINTA TERLARANG, SEBAB, AKIBAT DAN TERAPINYA

[Sebuah Solusi Menghadapi Akibat Buruk Fitnah (Godaan) Lawan Jenis di Internet]


- DIAGNOSA DOKTER:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
جُرْحٌ مَسْمُومٌ
“Luka yang beracun.” [Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]
Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
هَذَا مَرَضٌ مِنْ أَمْرَاضِ الْقَلْبِ
“Ini termasuk salah satu penyakit hati.” [Zadul Ma’ad, 4/274]
- NAMA PENYAKIT:
• Mabuk Kepayang (‘isyq)
• Kasmaran
• Kangen
• Virus merah jambu
• Tergila-gila
•  Galau
•  Dll (Silakan tambah sendiri)



- EFEK NEGATIF:
• Mengarah kepada syirik dalam mahabbah (cinta), termasuk syirik apabila seseorang mencintai makhluk dengan kadar yang sama dengan cintanya kepada Allah ta’ala, apalagi jika cintanya kepada makhluk melebihi cintanya kepada Allah ta’ala, dan lebih parah lagi jika dia hanya mencintai makhluk dan tidak mencintai Allah ta’ala sama sekali.
• Selalu ingat si dia (sedikit mengingat Allah ta’ala bahkan tidak sama sekali)
• Batin tersiksa apabila tidak bertemu atau tidak berhubungan
• Mengantarkan kepada zina, baik zina mata, hati, lisan, tangan, kaki dan kemaluan
• Bila cinta ditolak dukun bertindak (termasuk syirik)
• Boros harta untuk menyenangkan si dia atau sekedar mau pamer harta
• Menyia-nyiakan waktu
• Menghalangi masuknya ilmu dalam diri
• Merusak rumah tangga, baik rumah tangga orang maupun rumah tangganya sendiri
• Dll (Silakan tambah sendiri)
- SEBAB MUNCULNYA PENYAKIT:
• Terkena PANAH SETAN, yaitu melihat lawan jenis yang tidak halal baginya dan meneruskan pandangan pertama yang tidak disengaja
• Ikhtilat, campur baur dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita, baik di tempat kerja, sekolah, majelis ta’lim, organisasi maupun di rumah
• Melihat sesama jenis yang dapat menggoda syahwat, seperti memandang pemuda tampan yang belum tumbuh jenggotnya (membawa kepada penyakit homoseks)
• Berhubungan dengan lawan jenis tanpa ada suatu kebutuhan yang mendesak dan atau tanpa adab-adab islami. dll
- TERAPINYA:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya:
مَسْأَلَةٌ: فِيمَنْ أَصَابَهُ سِهَامُ إبْلِيسَ الْمَسْمُومَةُ؟
Pertanyaan: Bagaimana mengatasi apabila seorang terkena panah iblis yang beracun itu?
الْجَوَابُ: مَنْ أَصَابَهُ جُرْحٌ مَسْمُومٌ فَعَلَيْهِ مِمَّا يُخْرِجُ السُّمَّ وَيُبْرِئُ الْجُرْحَ بِالتِّرْيَاقِ وَالْمَرْهَمِ وَذَلِكَ بِأُمُورٍ مِنْهَا
Jawaban: Barangsiapa yang menderita luka beracun maka WAJIB atasnya mengeluarkan racun dan mengobati luka tersebut dengan pencegahan dan obatnya, yaitu dengan beberapa perkara berikut ini:
PERTAMA,
أَنْ يَتَزَوَّجَ أَوْ يَتَسَرَّى، فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: {إذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إلَى مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّمَا مَعَهَا مِثْلُ مَا مَعَهَا}. وَهَذَا مِمَّا يُنْقِصُ الشَّهْوَةَ وَيُضْعِفُ الْعِشْقَ
“Hendaklah dia MENIKAH atau memiliki hamba sahaya (yang didapatkan dari medan jihad), karena Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Apala seseorang melihat kecantikan seorang wanita hendaklah dia segera mendatangi istrinya, karena apa yang ada pada wanita itu sama saja dengan yang ada pada istrinya.”
Maka obat ini akan mengurangi syahwat dan melemahkan penyakit mabuk cinta.”
KEDUA,
الثَّانِي: أَنْ يُدَاوِمَ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَقْتَ السَّحَرِ وَتَكُونُ صَلَاتُهُ بِحُضُورِ قَلْبٍ وَخُشُوعٍ وَلْيُكْثِرْ مِنْ الدُّعَاءِ بِقَوْلِهِ: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك. يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك، فَإِنَّهُ مَتَى أَدْمَنَ الدُّعَاءَ وَالتَّضَرُّعَ لِلَّهِ صُرِفَ قَلْبُهُ عَنْ ذَلِكَ كَمَا قَالَ تَعَالَى: {كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ}.
“Hendaklah dia menjaga shalat lima waktu dan senantiasa berdoa, merendahkan diri kepada Allah ta’ala (bersungguh-sungguh berdoa) di waktu sahur. Dan hendaklah shalatnya dengan kehadiran hati dan khusyu’ dan memperbanyak doa:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِك. يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلْبِي إلَى طَاعَتِك وَطَاعَةِ رَسُولِك
“Wahai Zat yang membolak-balikan hati tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu, wahai Zat yang memalingkan hati, palingkanlah hatiku kepada ketaatan kepada-Mu dan Rasul-Mu.”
Karena sesungguhnya, jika seseorang selalu berdoa dan merendah kepada Allah ta’ala maka hatinya akan dipalingkan dari penyakit tersebut, sebagaimana firman Allah ta’ala:
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya NABI YUSUF termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” [Yusuf: 24]
KETIGA,
الثَّالِثُ: أَنْ يَبْعُدَ عَنْ سَكَنِ هَذَا الشَّخْصِ، وَالِاجْتِمَاعِ بِمَنْ يَجْتَمِعُ بِهِ، بِحَيْثُ لَا يَسْمَعُ لَهُ خَبَرًا وَلَا يَقَعُ لَهُ عَلَى عَيْنٍ وَلَا أَثَرٍ، فَإِنَّ الْبُعْدَ جَفَى. وَمَتَى قَلَّ الذِّكْرُ ضَعُفَ الْأَثَرُ فِي الْقَلْبِ، فَيَفْعَلُ هَذِهِ الْأُمُورَ وَلْيُطَالِعْ بِمَا تَجَدَّدَ لَهُ مِنْ الْأَحْوَالِ وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ أَعْلَمُ.
“Menjauhi tempat tinggal lawan jenis tersebut, dan jangan bergaul dengan orang-orang yang mengenalnya, sehingga dia tidak lagi mendengarkan tentang kebaikannya (ketampanannya, kecantikannya, kekayaannya, dll), serta tidak lagi melihatnya dan merasakannya. Karena dengan berjauhan akan melupakannya, dan apabila sedikit penyebutan tentangnya maka melemah pula pengaruhnya di dalam jiwa, maka hendaklah dia lakukan perkara-perkara ini dan berusaha melihat hal-hal yang baru baginya (yang dapat melupakan di dia). WALLAHU SUBHANAHU A’LAM.
[Majmu’ Al-Fatawa, 5/32]



TERAPI TAMBAHAN DARI DOKTER LAIN, AL-‘ALLAMAH IBNUL QOYYYIM RAHIMAHULLAH:
Beliau rahimahullah berkata,
وَعِشْقُ الصّوَرِ إنّمَا تُبْتَلَى بِهِ الْقُلُوبُ الْفَارِغَةُ مِنْ مَحَبّةِ اللّهِ تَعَالَى الْمُعْرِضَةُ عَنْهُ الْمُتَعَوّضَةُ بِغَيْرِهِ عَنْهُ فَإِذَا امْتَلَأَ الْقَلْبُ مِنْ مَحَبّةِ اللّهِ وَالشّوْقِ إلَى لِقَائِهِ دَفَعَ ذَلِكَ عَنْهُ مَرَضَ عِشْقِ الصّوَرِ وَلِهَذَا قَالَ تَعَالَى فِي حَقّ يُوسُفَ { كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ } [ يُوسُفَ 24 ] فَدَلّ عَلَى أَنّ الْإِخْلَاصَ سَبَبٌ لِدَفْعِ الْعِشْقِ وَمَا يَتَرَتّبُ عَلَيْهِ مِنْ السّوءِ وَالْفَحْشَاءِ الّتِي هِيَ ثَمَرَتُهُ وَنَتِيجَتُهُ
“Mabuk cinta terhadap sosok-sosok hanyalah tertimpa kepada orang yang hatinya kosong dari kecintaan kepada Allah, hati yang berpaling darinya dan mengganti-Nya dengan yang lain. Maka apabila hati telah dipenuhi dengan cinta kepada Allah ta’ala dan kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya maka hal itu akan menghilangkan penyakit mabuk cinta terhadap sosok-sosok ini.

Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya NABI YUSUF termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” [Yusuf: 24]

Maka hal ini menunjukkan bahwa memurnikan cinta kepada Allah ta’ala merupakan sebab yang dapat menghilangkan penyakit mabuk cinta dan menghilangkan kejelakan dan kekejian (perzinahan) yang merupakan buah dan hasil dari mabuk cinta.”
Inilah ringkasan dan sedikit penjelasan terapinya:


- MENIKAH, jika memungkinkan untuk menikahi lawan jenis yang telah membuatnya tergila-gila.
- Jika tidak memungkinkan, misalkan si wanita telah memiliki suami, atau seorang gelandangan mau menikahi anak raja, maka hendaklah BERPUTUS ASA dari menikahi wanita tersebut, sebab orang yang sudah berputus asa dari sesuatu dia tidak akan lagi berusaha mengejarnya dan memikirkannya.
- Jika ternyata penyakit ini belum juga hilang dengan “BERPUTUS ASA” maka sungguh tabiatnya telah menyimpang jauh, maka akalnya harus diobati sebab hal ini termasuk jenis penyakit GILA, yaitu keterkaitan hati dengan sesuatu yang tidak mungkin dia raih, bagaikan seorang yang menggapai matahari sementara dia sadar bahwa dia tidak mampu melakukannya.
- Jika pengobatan terhadap penyakit gila ini belum juga bermanfaat maka hendaklah dia melihat dampak-dampak negatif penyakit ini dan kebaikan-kebaikan yang hilang karenanya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
- Jika penyakitnya belum sembuh juga hendaklah dia mengingat kejelekan-kejelakan lawan jenis tersebut, mungkin dengan menanyakan kejelekan-kejelekannya kepada orang-orang yang mengenalnya.
- Jika ternyata seluruh terapi di atas juga belum bisa menghilangkan penyakit ini maka tidak ada lagi obatnya selain memohon pertolongan kepada Allah jalla wa ‘ala.
- Perhatian: Jika dia telah mendapatkan taufiq untuk mengobati penyakit ini janganlah dia menyebarkan aib-aib lawan jenisnya tersebut.

Jumat, 14 September 2012

Bentuk-Bentuk Tabarruj

Diposting oleh Fia Aulia di 22.44 0 komentar


Bentuk-Bentuk Tabarruj

Sabtu, 7 Juli 2012 00:28:26 WIB

TABARRUJ, DANDANAN ALA JAHILIYAH WANITA MODERN

Oleh :Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, MA

Bentuk-Bentuk Tabarruj
[ Ringkasan dari pembahasan dalam kitab “al-‘Ajabul ‘ujaab fi asykaalil hijaab” (hal. 87-109), tulisan syaikh ‘Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani, dengan sedikit tambahan.]

1. Termasuk tabarruj: Mengenakan jilbab yang tidak menutupi dan meliputi seluruh badan wanita, seperti jilbab yang diturunkan dari kedua pundak dan bukan dari atas kepala
[ Lihat “fataawa lajnah daimah” (17/141)].
Ini bertentangan dengan makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيْبِهِنَّ

“Hendaknya mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka” [al-Ahzaab: 59].

Karena jilbab seperti ini akan membentuk/mencetak bagian atas tubuh wanita dan ini jelas bertentangan dengan jilbab yang sesuai syariat Islam.

2. Termasuk tabarruj: Mengenakan jilbab/pakaian yang terpotong dua bagian, yang satu untuk menutupi tubuh bagian atas dan yang lain untuk bagian bawah.

Ini jelas bertentangan dengan keterangan para ulama yang menjelaskan bahwa jilbab itu adalah satu pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita dari atas sampai ke bawah, sehingga tidak membentuk bagian-bagian tubuh wanita yang memakainya.

3. Termasuk tabarruj: Memakai jilbab yang justru menjadi perhiasan bagi wanita yang mengenakannya.

Hikmah besar disyariatkan memakai jilbab bagi wanita ketika keluar rumah adalah untuk menutupi kecantikan dan perhiasannya dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya, sebagaimana firman-Nya:

وَلاَ يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ إلا لِبُعُوْلَتِهِنَّ أو آبائِهِنَّ…

“Dan janganlah mereka (wanita-wanita yang beriman) menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suami mereka, atau bapak-bapak mereka…” [an-Nuur: 31].

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah berkata:

“Tujuan diperintahkannya (memakai) jilbab (bagi wanita) adalah untuk menutupi perhiasannya, maka tidak masuk akal jika jilbab (yang dipakainya justru) menjadi perhiasan (baginya). Hal ini, sebagaimana yang anda lihat, sangat jelas dan tidak samar”
[ Kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 120)]

Termasuk dalam hal ini adalah “jilbab gaul” atau “jilbab modis” yang banyak dipakai oleh wanita muslimah di jaman ini, yang dihiasi dengan renda-renda, bordiran, hiasan-hiasan dan warna-warna yang jelas sangat menarik perhatian dan justru menjadikan jilbab yang dikenakannya sebagai perhiasan baginya.

4. Termasuk tabarruj: Mengenakan jilbab dan pakaian yang tipis atau transparan.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah berkata:

“Adapun pakaian tipis maka itu akan semakin menjadikan seorang wanita bertambah (terlihat) cantik dan menggoda.

Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Akan ada di akhir umatku (nanti) wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, di atas kepala mereka (ada perhiasan) seperti punuk unta, laknatlah mereka karena (memang) mereka itu terlaknat (dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala)”.(Riwayat ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamush shagiir” (hal. 232) dinyatakan shahih sanadnya oleh syaikh al-Albani)

Dalam hadits lain ada tambahan: “Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau (wangi)nya, padahal sungguh wanginya dapat dicium dari jarak sekian dan sekian”
[Riwayat imam Muslim ]

Imam Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Maksud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam hadits ini) adalah wanita-wanita yang mengenakan pakaian (dari) bahan tipis yang transparan dan tidak menutupi (dengan sempurna), maka mereka disebut berpakaian tapi sejatinya mereka telanjang”
[Kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 125-126)]

Dalam sebuah atsar yang diriwayatkan oleh imam Malik dalam “al-Muwaththa’” (2/913) dan Muhammad bin Sa’ad dalam “ath-Thabaqaatul Kubra” (8/72), dari Ummu ‘Alqamah dia berkata: “Aku pernah melihat Hafshah bintu ‘Abdur Rahman bin Abu Bakr menemui ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma dengan memakai kerudung yang tipis (sehingga) menampakkan dahinya, maka ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma merobek kerudung tersebut dan berkata: “Apakan kamu tidak mengetahui firman Allah yang diturunkan-Nya dalam surah an-Nuur?”. Kemudian ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma meminta kerudung lain dan memakaikannya”.

5. Termasuk tabarruj: Mengenakan jilbab/pakaian yang menggambarkan (bentuk) tubuh meskipun kainnya tidak tipis, seperti jilbab/pakaian yang ketat yang dikenakan oleh banyak kaum wanita jaman sekarang, sehingga tergambar jelas postur dan anggota tubuh mereka.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah berkata:

“Karena tujuan dari memakai jilbab adalah supaya tidak timbul fitnah, yang ini hanya dapat terwujud dengan (memakai) jilbab yang longgar dan tidak ketat. Adapun jilbab/pakaian yang ketat, meskipun menutupi kulit akan tetapi membentuk postur tubuh wanita dan menggambarkannya pada pandangan mata laki-laki. Ini jelas akan menimbulkan kerusakan (fitnah) dan merupakan pemicunya, oleh karena itu (seorang wanita) wajib (mengenakan) jilbab/pakaian yang longgar”
[Kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 131)]

Termasuk dalam larangan ini adalah memakai jilbab/pakaian dari bahan kain yang lentur (jatuh) sehingga mengikuti lekuk tubuh wanita yang memakainya, sebagaimana hal ini terlihat pada beberapa jenis pakaian yang dipakai para wanita di jaman ini
[Lihat kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 132-133).

Termasuk dalam hal ini adalah jilbab dari kain kaos yang lentur dan jelas membentuk anggota tubuh wanita yang memakainya, wallahu a’lam.]

Dalam fatwa Lajnah daimah no. 21352, tertanggal 9/3/1421 H, tentang syarat-syarat pakaian/jilbab yang syar’i bagi wanita, disebutkan di antaranya: hendaknya pakaian/jilbab tersebut (kainnya) tebal (sehingga) tidak menampakkan bagian dalamnya, dan pakaian/jilbab tersebut (kainnya) tidak bersifat menempel (di tubuh) [ Fataawa al-Lajnah ad-daaimah (17/141)]

Adapun dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh shahabat yang mulia, Usamah bin Zaid Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memakaikan untukku pakaian qibthiyah (dari negeri Mesir) yang tebal, pakaian itu adalah hadiah dari Dihyah al-Kalbi untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian pakaian itu aku berikan untuk istriku, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku:

“Kenapa kamu tidak memakai pakaian qibthiyah tersebut?”. Aku berkata: “Aku memakaikannya untuk istriku”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Suruh istrimu untuk memakai pakaian dalam di bawah pakaian qibthiyah tersebut, karena sungguh aku khawatir pakaian tersebut akan membentuk postur tulangnya (tubuhnya)”
[HR Ahmad (5/205) dan lain-lain, dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 131)].

Dalam hadits ini ada satu faidah penting, yaitu bahwa pakaian qibthiyah tersebut adalah pakaian dari kain yang tebal, tapi meskipun demikian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bagi wanita yang mengenakanya untuk memakai di dalamnya pakain dalam lain, agar bentuk badan wanita tersebut tidak terlihat, terlebih lagi jika pakaian tersebut dari bahan kain yang lentur (jatuh) sehingga mengikuti lekuk tubuh wanita yang memakainya.

Imam Ibnu Sa’ad meriwayatkan sebuah atsar dari Hisyam bin ‘Urwah bahwa ketika al-Mundzir bin az-Zubair datang dari ‘Iraq, beliau mengirimkan sebuah pakaian kepada ibunya, Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma, pada waktu itu Asma’ Radhiyallahu anhuma dalam keadaan buta matanya. Lalu Asma’ Radhiyallahu anhuma meraba pakaian tersebut dengan tangannya, kemudian beliau berkata: “Cih! Kembalikan pakaian ini padanya!”. al-Mundzir merasa berat dengan penolakan ini dan berkata kepada ibunya: Wahai ibuku, sungguh pakaian ini tidak tipis! Maka Asma’ Radhiyallahu anhuma berkata: “Meskipun pakaian ini tidak tipis tapi membentuk tubuh orang yang memakainya”
[Riwayat Ibnu Sa’ad dalam “ath-Thabaqaatul kubra” (8/252) dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 127)].

6. Termasuk tabarruj: Wanita yang keluar rumah dengan memakai minyak wangi.

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam betrsabda: “Seorang wanita, siapapun dia, jika dia (keluar rumah dengan) memakai wangi-wangian, lalu melewati kaum laki-laki agar mereka mencium bau wanginya maka wanita itu adalah seorang pezina”
[HR an-Nasa’i (no. 5126), Ahmad (4/413), Ibnu Hibban (no. 4424) dan al-Hakim (no. 3497), dinyatakan shahih oleh imam Ibnu Hibban, al-Hakim dan adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani].

Bahkan dalam hadits shahih lainnya [Lihat kitab “Silsilatul ahaadiitsish shahiihah” (no. 1031)], Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan larangan ini juga berlaku bagi wanita yang keluar rumah memakai wangi-wangian untuk shalat berjamaah di mesjid, maka tentu larangan ini lebih keras lagi bagi wanita yang keluar rumah untuk ke pasar, toko dan tempat-tempat lainnya.

Oleh karena itu, imam al-Haitami menegaskan bahwa keluar rumahnya seorang wanita dengan memakai wangi-wangian dan bersolek, ini termasuk dosa besar meskipun diizinkan oleh suaminya.[Dinukil oleh syaikh al-Albani dalam kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 139)]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang perempuan keluar rumah dengan memakai atau menyentuh wangi-wangian dikarenakan hal ini sungguh merupakan sarana (sebab) untuk menarik perhatian laki-laki kepadanya. Karena baunya yang wangi, perhiasannya, posturnya dan kecantikannya yang diperlihatkan sungguh mengundang (hasrat laki-laki) kepadanya. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang wanita ketika keluar rumah (untuk shalat berjamaah di mesjid) agar tidak memakai wangi-wangian, berdiri (di shaf) di belakang jamaah laki-laki, dan tidak bertasbih (sebagaimana yang diperintahkan kepada laki-laki) ketika terjadi sesuatu dalam shalat, akan tetapi (wanita diperintahkan untuk) bertepuk tangan (ketika terjadi sesuatu dalam shalat). Semua ini dalam rangka menutup jalan dan mencegah terjadinya kerusakan (fitnah)” [Kitab “I’lamul muwaqqi’iin” (3/178)].

7. Termasuk tabarruj: Wanita yang memakai pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata:

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan, dan perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki.” [HR Abu Dawud (no. 4098), Ibnu Majah (1/588), Ahmad (2/325), al-Hakim (4/215) dan Ibnu Hibban (no. 5751), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan syaikh al-Albani. Lihat kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 141)]

Dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhu beliau berkata:

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki”
[ HSR al-Bukhari (no. 5546)]

Kedua hadits di atas dengan jelas menunjukkan haramnya wanita yang menyerupai laki-laki, begitu pula sebaliknya, baik dalam berpakaian maupun hal lainnya.
[Lihat kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 146-147)]

Oleh karena itulah, para ulama salaf melarang keras wanita yang memakai pakaian yang khusus bagi laki-laki. Dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma pernah ditanya tentang wanita yang memakai sendal (yang khusus bagi laki-laki), maka beliau menjawab: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki” [ HR Abu Dawud (no. 4099) dan dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani]

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang yang memakaikan budak perempuannya sarung yang khusus untuk laki-laki, maka beliau berkata: “Tidak boleh dia memakaikan padanya pakaian (model) laki-laki, tidak boleh dia menyerupakannya dengan laki-laki” [Kitab “Masa-ilul imam Ahmad” karya imam Abu Dawud (hal. 261)]

Termasuk yang dilarang oleh para ulama dalam hal ini adalah wanita yang memakai sepatu olahraga model laki-laki, memakai jaket dan celana panjang model laki-laki [Lihat kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 150), “Syarhul kaba-ir” (hal. 212) tulisan syaikh al-‘Utsaimin dan “al-‘Ajabul ‘ujaab fi asykaalil hijaab” (hal. 100-101)]

Juga perlu diingatkan di sini, bahwa larangan wanita yang menyerupai laki-laki dan sebaliknya berlaku secara mutlak di manapun mereka berada,di dalam rumah maupun di luar, karena ini diharamkan pada zatnya dan bukan sekedar karena menampakkan aurat [Lihat keterangan syaikh al-Albani dalam kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 38) dan syaikh al-‘Utsaimin dalam “Syarhul kaba-ir” (hal. 212)].

8. Termasuk tabarruj: Wanita yang memakai pakaian syuhrah, yaitu pakaian yang modelnya berbeda dengan pakaian wanita pada umumnya, dengan tujuan untuk membanggakan diri dan populer.
[ Lihat kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 213)]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kehinaan pada hari kiamat (nanti), kemudian dinyalakan padanya api Neraka.”
[HR Abu Dawud (no. 4029), Ibnu Majah (no. 3607 dan Ahmad (2/92), dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani]

Kaum wanita yang paling sering terjerumus dalam penyimpangan ini, karena sikap mereka yang selalu ingin terlihat menarik secara berlebihan serta ingin tampil istimewa dan berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka memberikan perhatian sangat besar kepada perhiasan dan dandanan untuk menjadikan indah penampilan mereka.

Berapa banyak kita melihat wanita yang tidak segan-segan mengorbankan biaya, waktu dan tenaga yang besar hanya untuk menghiasi dan memperindah model pakaiannya, supaya dia tampil beda dengan pakaian yang dipakai wanita-wanita lainnya. Maka dengan itu dia jadi terkenal, bahkan model pakaiannya menjadi ‘trend’ di kalangan para wanita dan dia disebut sebagai wanita yang tau model pakaian jaman sekarang.

Perbuatan ini termasuk tabarruj karena wanita yang memakai pakaian ini ingin memperlihatkan keindahan dan perhiasannya yang seharusnya disembunyikan.

Larangan ini juga berlaku secara mutlak, di dalam maupun di luar rumah, karena ini diharamkan pada zatnya
[Lihat keterangan syaikh al-Albani dalam kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah”

Rabu, 20 Juni 2012

Diposting oleh Fia Aulia di 19.52 0 komentar
Sepenggal Cerita Seorang Muslimah Di Prancis


Suatu hari, di Prancis, seseorang bercerita bahwa seorang Muslimah bercadar pergi ke Supermarket. Setelah ia mengambil barang-barang kebutuhannya, ia kemudian berdiri di antrian kasir untuk membayar. Setelah beberapa menit, datanglah gilirannya untuk dilayani oleh kasir.

Di dekatnya, ada seorang Muslimah Arab yang tidak berjilbab, yang mulai melihat Muslimah bercadar itu dan memperhatikan satu persatu dari diri Muslimah itu, dan setelah beberapa saat memperhatikannya dengan pandangan arogan, Muslimah Arab itu mengatakan, “Kami memiliki banyak masalah di negara ini dan cadarmu adalah salah satunya!”

“Kami, para imigran, berada disini untuk perdagangan (bisnis) dan bukan menunjukkan Agama atau sejarah kami! Jika kau ingin mengamalkan Agamamu dan memakai cadar, maka kembalilah ke negeri Arab-mu dan lakukan apa saja yang kau inginkan!!” tambah imigran Arab itu.

Muslimah bercadar itu menaruh barang belanjaannya di tas dan kemudian membuka cadarnya di depan Muslimah Arab itu.

Sontak imigran Arab tersebut sangat terkejut. Muslimah bercadar yang dikira adalah seorang imigran Arab, ternyata ia gadis berkulit putih, bermata biru dan berambut pirang (nampaknya ia memperlihatkan sedikit rambutnya – menurut si penutur cerita), ia berkata kepada imigran Arab, “Aku adalah gadis Prancis, bukan imigran Arab. Ini adalah negeriku dan ini adalah ISLAM-KU!”

“Kalian lahir sebagai Muslim, kalian jual agama kalian dan kami membelinya dari kalian!”



Maksud Muslimah Prancis ini adalah, menyindir Muslimah imigran Arab itu dan orang yang sama dengannya (sama-sama imigran Arab tapi Westernize) tetapi tidak mengamalkan agamanya hanya karena mereka berada di negeri mayoritas kafir, dan lebih memilih bergaya westernize alias ke Barat-baratan daripada tampil dengan menunjukkan keislaman mereka yang sejati, demi kepentingan duniawi.

Virus westernize itulah yang membuat banyak Muslim yang ‘hijrah’ ke Barat menjadi terpedaya hingga mengikuti gaya Barat (bahkan melupakan ajaran Islam), namun hal tersebut tidak hanya terjadi dari kalangan imigran Arab saja, pun dari negara kaum Muslimin lainnya, seperti Indonesia, Muslim yang ‘hijrah’ ke Barat dengan berbagai alasan tak jarang kemudian gaya hidup mereka menjadi ala westernize dan melupakan identitas sejati diri mereka sebagai Muslim. Ini adalah salah satu makar Yahudi-Zionis yang menyebarkan budaya rusak mereka untuk merusak fitrah manusia, terkhusus kaum Muslimin, dengan tujuan semua manusia menjadi ‘salinan’ mereka.

Ironisnya, virus westernize itu tak hanya menjangkit mereka yang ‘hijrah’ ke negeri-negeri Barat, tetapi juga telah menjangkit di negeri-negeri kaum Muslimin sendiri. Lagi-lagi kita jadikan Indonesia sebagai contoh – karena kita tinggal di Indonesia – kita lihat banyak kaum Muslimin yang gaya hidup mereka cenderung ke barat-baratan, bukan hanya di perkotaan, tetapi virus budaya kafir Barat sudah menyebar ke desa-desa. Buktinya, kita sekarang melihat banyak Muslim yang gayanya sudah menjadi ‘salinan’ para idola Barat, banyak Muslimah yang lebih Pede memakai jeans atau hot pants daripada memakai jilbab.

Maka hari ini wanita Muslim berjilbab, bercadar, atau memakai burka terlihat asing. Islam yang sebenarnya telah menjadi asing di mata mayoritas manusia, kembali seperti zaman dahulu, seperti sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

Kembali lagi ke isu Muslim imigran di Barat, tak jarang juga dari mereka yang mampu mempertahankan keyakinan mereka dengan erat, seperti menggenggam bara api, mereka itulah orang-orang yang Allah lindungi yang kemudian melalui mereka lah Allah memberikan hidayah kepada orang-orang kafir untuk memeluk Islam. Gencarnya virus westernize dan gerakan anti-Islam, tak melemahkan keimanan mereka dan tak menyurutkan langkah mereka untuk berdakwah di jalan Allah.

Semoga Allah melindungi kita dari makar musuh-musuh Islam, Aamiin.

(zafaran/muslimahzone.com)

Rabu, 13 Juni 2012

Cinta Abadi :)

Diposting oleh Fia Aulia di 10.23 0 komentar


Kenapa harus ada dusta,
Jika kejujuran itu ada…
Kenapa harus menyakiti,
jika saling menyayangi itu indah..
Kenapa harus memilih yang tidak baik..
Jika yang baik itu lebih banyak.
Kenapa harus memilih yang haram



jika Allah sudah banyak memberikan sesuatu yang halal dimuka bumi ini..
Kenapa harus memilih pasangan dengan jalan yang tidak diridhoi oleh Allah..
Jika jalan yang diridhoi oleh Allah masih ada..
Pernikahan itu sangat indah


Menikah dengan jodoh yang Allah berikan kepada kita…
serasa hari-hari dilalui dengan penuh bahagia..
karena sesuatu yang halal dan diridhoi oleh Allah
pasti akan terasa sangat indah. Subhanallah..



semua pilihan hidup pastilah ada, tergantung bagaimana kita memilihnya..
bahagia atau menderita
senang atau sedih
mudah atau susah..
Semoga apa yang kita pilih saat ini adalah pilihan yang tepat, yang senantiasa diridhoi oleh Allah. Aamiin…

Ayat- Ayat Anti GALAU!

Diposting oleh Fia Aulia di 10.23 0 komentar


♥ Jangan Galau, Innallaha Ma’ana!

♥ “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At Taubah: 40) ♥

♥ ber-Sabarlah

♥ “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153). ♥
Adukanlah semua itu kepada Allah,

♥ “Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5). ♥

♥ Positive thinking

♥ “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6). ♥

♥ Dzikrullah (Mengingat Allah)

♥ “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28) ♥
so, take it easy….!!!

Wahai Putriku….

Diposting oleh Fia Aulia di 10.22 0 komentar


Sebelumnya dibaca ya wahai perempuan, ini nasehat bagus banget. bagi wanita yg masih bermutiara jagalah, tetapi bagi yg sudah tidak termutiara, sadarlah tiada apapun mengahalngi diri untuk taubat, Allah maha pengampun .


----------------------------------------------------------------

Putriku tercinta! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.
Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu dengarkanlah nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, yang belum pernah engkau dengar dari orang lain sebelumnya.
Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih, tetapi kami tidak menghasilkan apa-apa. Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan lehernya.

Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami belum tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu, putriku! Kuncinya berada di tanganmu.
Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan berani, dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki tidak akan bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si pencuri itu : silakan masuk … ketika ia telah mencuri, engkau berteriak : maling …! Tolong … tolong… saya kemalingan.

Demi Allah … dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu telah ia telanjangi pakaiannya.
Demi Allah … begitulah, jangan engkau percaya apa yang dikatakan laki-laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat.

Demi Allah … ia telah bohong! Senyuman yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan ! setelah itu apa yang terjadi? Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!
Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engakulah yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, selama hidupmu engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu selamanya.

Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat perkataan atau tangan yang  usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini engkau lakukan, maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.
Cita-cita wanita tertinggi adalah perkawinan. Wanita, bagaimanapun juga status sosial, kekayaan, popularitas, dan prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah menjadi isteri yang baik serta ibu rumah tangga yang terhormat.
Tak ada seorangpun yang mau menikahi pelacur, sekalipun ia lelaki hidung belang, apabila ia akan menikah tidak akan memilih wanita jalang (nakal), akan tetapi ia akan memilih wanita yang baik karena ia tidak rela bila ibu rumah tangga dan ibu putera-puterinya adalah seorang wanita amoral.

Sesungguhnya krisis perkawinan terjadi disebabkan kalian kaum wanita! Krisis perkawinan terjadi disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak membutuhkan isteri, akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk nikah tidak mendapatkan suami. Mengapa wanita-wanita yang baik belum juga sadar? Mengapa kalian tidak berusaha memberantas malapetaka ini? Kalianlah yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki  untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini adalah kalian, para wanita mulia dan beragama.

Maka hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepada Allah, bila mereka tidak mau bertakwa, peringatkanlah mereka akan akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu penyakit. Bila mereka masih membangkang maka beritahukan akan kenyataan yang ada, katakan kepada mereka : kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang cantik, oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian dan berebut di sekitar kalian, akan tetapi apakah keremajaan dan kecantikan itu akan kekal? Semua makhluk di dunia ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya,

 bila kalian sudah menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat itu, siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan menaruh simpati?
Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah rakyatnya. Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi bagaimana dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu?    Apakah kelezatan itu sebanding dengan penderitaan di atas? Apakah akibat itu akan kita tukar dengan kelezatan sementara?
Dan berilah nasehat-nasehat yang serupa, saya yakin kalian tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan cara untuk menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut  dikasihani. Bila kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga wanita-wanita baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka tidak menempuh jalan yang salah.

Saya tidak minta kalian untuk mengubah secara drastis mengembalikan wanita kini menjadi wanita berkepribadian muslimah yang benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi setapak sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.

Perbaikan tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu sehari atau dalam waktu singkat, malainkan dengan kembali ke jalan yang benar dari jalan yang semula kita lewati menuju keburukan walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal, orang yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya ini, tidak akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas pergaulan bebas, (kalaupun) seorang wanita membuka wajahnya tidak berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Istri tanpa tutup  wajah bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami dirumahnya, atau menyalaminya bila bertemu di kereta, bertemu di jalan, atau seorang gadis menjabat tangan kawan pria di sekolah, berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, dia lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita dan kawannya sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik wanita, pria, atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan seks dari dalam jiwa mereka.


Mereka yang menggembar-gemborkan emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong bila dilihat dari dua sebab :

Pertama : karena itu semua mereka lakukan untuk kepuasan pada diri mereka, memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat angota badan yang terbuka dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi mereka tidak berani berterus terang, oleh karena itu mereka bertopeng dengan kalimat yang mengagumkan yang sama sekali tidak ada artinya, seperti kemajuan, modernisasi, kehidupan kampus, dan ungkapan-ungkapan yang lain yang kosong tanpa makna bagaikan gendang.

Kedua : mereka bohong oleh karena mereka bermakmum pada Eropa, menjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari sana, dari Paris, London, Berlin dan New York. Sekalipun berupa dansa, pornografi, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan dan telanjang di pantai (atau di kolam renang). Kebatilan menurut mereka adalah segala sesuatu yang datangnya dari timur, sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid, walapun berupa kehormatan, kemuliaan„ kesucian dan petunjuk. Kata mereka, pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapat menekan libido seksual, untuk menjawab ini saya limpahkan pada mereka yang telah mencoba pergaulan bebas di sekolah-sekolah, seperti Rusia yang tidak beragama, tidak pernah mendengar para ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?

Saya tidak berbicara dengan para pemuda, saya tidak ingin mereka mendengar, saya tahu, mungkin mereka menyanggah dan mencemoohkan saya karena saya telah menghalangi mereka untuk memperoleh kenikmatan dan kelezatan, akan tetapi saya berbicara kepada kalian, putri-putriku, wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara ketahuilah bahwa yang menjadi korban semua ini bukan orang lain kecuali engkau.

Oleh karena itu jangan berikan diri kalian sebagai korban iblis, jangan dengarkan ucapan mereka yang merayumu dengan pergaulan yang alasannya, hak asasi, modernisasi, emansipasi dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang yang terkutuk ini tidak beristri dan tidak memiliki anak, mereka sama sekali tidak peduli dengan kalian selain  untuk pemuas kelezatan sementara. Sedangkan saya adalah seorang ayah dari empat orang gadis. Bila saya membela kalian, berarti saya membela putri-putriku sendiri. Saya ingin kalian bahagia seperti yang saya inginkan untuk putri-putriku.

Sesungguhnya tidak ada yang mereka inginkan selain memperkosa kehormatan wanita, kemuliaan yang tercela tidak akan bisa kembali, begitu juga martabat yang hilang tidak akan dapat ditemukan kembali.
Bila anak putri jatuh, tak seorangpun di antara mereka mau menyingsingkan lengan untuk membangunkannya dari lembah kehinaan, yang engkau dapati mereka hanya memperebutkan kecantikan si gadis, apabila telah berubah dan hilang, mereka pun lalu pergi menelantarkannya, persis seperti anjing meninggalkan bangkai yang tidak tersisa daging sedikitpun.


Inilah nasehatku padamu, putriku. Inilah kebenaran. Selain ini janganlah engkau percayai. Sadarlah bahwa di tanganmulah, bukan di tangan kami kaum laki-laki, kunci pintu perbaikan. Bila mau perbaikilah diri kalian, dengan demikian umat pun kan menjadi baik.

Fia Aulia

Diposting oleh Fia Aulia di 10.22 0 komentar
Cuman Iseng aja ada foto2 gue :D
 







Fia Aulia at Ancol


                                                                                  



                                              Fia Aulia - Jogyakarta



Sabtu, 28 April 2012

Wanita Yang Mendapat Pujian, Dan Wanita Yang Dilaknat Allah

Diposting oleh Fia Aulia di 09.33 0 komentar
Sejarah telah mencatat beberapa nama wanita terpandang yang di antara mereka ada yang dimuliakan Allah dengan surga, dan di antara mereka ada pula yang dihinakan Allah dengan neraka. Karena keterbatasan tempat, tidak semua figur bisa dihadirkan saat ini, namun mudah-mudahan apa yang sedikit ini bisa menjadi ibrah (pelajaran) bagi kita.
Wanita Yang Beriman
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Seutama-utama wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim.” (HR. Ahmad)
1. Khadijah binti Khuwailid
Dia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang terhormat sehingga mendapat tempaan akhlak yang mulia, sifat yang tegas, penalaran yang tinggi, dan mampu menghindari hal-hal yang tidak terpuji sehingga kaumnya pada masa jahiliyah menyebutnya dengan ath thahirah (wanita yang suci).
Dia merupakan orang pertama yang menyambut seruan iman yang dibawa Muhammad tanpa banyak membantah dan berdebat, bahkan ia tetap membenarkan, menghibur, dan membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat semua orang mendustakan dan mengucilkan beliau. Khadijah telah mengorbankan seluruh hidupnya, jiwa dan hartanya untuk kepentingan dakwah di jalan Allah. Ia rela melepaskan kedudukannya yang terhormat di kalangan bangsanya dan ikut merasakan embargo yang dikenakan pada keluarganya.
Pribadinya yang tenang membuatnya tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan mengikuti kebanyakan pendapat penduduk negerinya yang menganggap Muhammad sebagai orang yang telah merusak tatanan dan tradisi luhur bangsanya. Karena keteguhan hati dan keistiqomahannya dalam beriman inilah Allah berkenan menitip salamNya lewat Jibril untuk Khadijah dan menyiapkan sebuah rumah baginya di surga.
Tersebut dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, ia berkata:
Jibril datang kepada Nabi kemudian berkata: Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang membawa bejana berisi lauk pauk, makanan dan minuman. Maka jika ia telah tiba, sampaikan salam untuknya dari Rabbnya dan dari aku, dan sampaikan kabar gembira untuknya dengan sebuah rumah dari mutiara di surga, tidak ada keributan di dalamnya dan tidak pula ada kepayahan.” (HR. Al-Bukhari).
Besarnya keimanan Khadijah pada risalah nubuwah, dan kemuliaan akhlaknya sangat membekas di hati Rasulullah sehingga beliau selalu menyebut-nyebut kebaikannya walaupun Khadijah telah wafat. Diriwayatkan dari Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah hampir tidak pernah keluar dari rumah sehingga beliau menyebut-nyebut kebaikan tentang Khadijah dan memuji-mujinya setiap hari sehingga aku menjadi cemburu maka aku berkata: Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah meng-gantikannya dengan yang lebih baik untuk engkau? Maka beliau marah sampai berkerut dahinya kemudian bersabda: Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik darinya. Sungguh ia telah beriman di saat manusia mendustakanku, dan menolongku dengan harta di saat manusia menjauhiku, dan dengannya Allah mengaruniakan anak padaku dan tidak dengan wanita (istri) yang lain. Aisyah berkata: Maka aku berjanji untuk tidak menjelek-jelekkannya selama-lamanya.”
2. Fatimah
Dia adalah belahan jiwa Rasulullah, putri wanita terpandang dan mantap agamanya, istri dari laki-laki ahli surga yaitu Ali bin Abi Thalib.
Dalam shahih Muslim menurut syarah An Nawawi Nabi bersabda: “Fathimah merupakan belahan diriku. Siapa yang menyakitinya, berarti menyakitiku.”
Dia rela hidup dalam kefakiran untuk mengecap manisnya iman bersama ayah dan suami tercinta. Dia korbankan segala apa yang dia miliki demi membantu menegakkan agama suami.
Fathimah adalah wanita yang penyabar, taat beragama, baik perangainya, cepat puas dan suka bersyukur.
3. Maryam binti Imran
Beliau merupakan figur wanita yang menjaga kehormatan dirinya dan taat beribadah kepada Rabbnya. Beliau rela mengorbankan masa remajanya untuk bermunajat mendekatkan diri pada Allah, sehingga Dia memberinya hadiah istimewa berupa kelahiran seorang Nabi dari rahimnya tanpa bapak.
4. Asiyah binti Muzahim
Beliau adalah istri dari seorang penguasa yang lalim yaitu Fir’aun laknatullah ‘alaih. Akibat dari keimanan Asiyah kepada kerasulan Musa, ia harus rela menerima siksaan pedih dari suaminya. Betapapun besar kecintaan dan kepatuhannya pada suami ternyata di hatinya masih tersedia tempat tertinggi yang ia isi dengan cinta pada Allah dan RasulNya. Surga menjadi tujuan akhirnya sehingga kesulitan dan kepedihan yang ia rasakan di dunia sebagai akibat meninggalkan kemewahan hidup, budaya dan tradisi leluhur yang menyelisihi syariat Allah ia telan begitu saja bak pil kina demi kesenangan abadi. Akhirnya Asiyah meninggal dalam keadaan tersenyum dalam siksaan pengikut Fir’aun.
Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wasalam berkata:
“Fir’aun memukulkan kedua tangan dan kakinya (Asiyah) dalam keadaan terikat. Maka ketika mereka (Fir’aun dan pengikutnya) meninggalkan Asiyah, malaikat menaunginya lalu ia berkata: Ya Rabb bangunkan sebuah rumah bagiku di sisimu dalam surga. Maka Allah perlihatkan rumah yang telah disediakan untuknya di surga sebelum meninggal.”
Wanita yang durhaka
1. Istri Nabi Nuh
2. Istri Nabi Luth
Mereka merupakan figur dua orang istri dari para kekasih Allah yang tidak sempat merasakan manisnya iman. Hatinya lebih condong kepada apa yang diikuti oleh orang banyak daripada kebenaran yang dibawa oleh suaminya. Mereka justru membela kepentingan kaumnya karena tidak ingin dimusuhi dan dibenci oleh orang-orang yang selama ini mencintai dan menghormati dirinya. Maka kesenangan sesaat ini Allah gantikan dengan kebinasaan yang didapat bersama kaumnya. Istri Nabi Nuh ikut tenggelam oleh banjir besar bersama kaumnya yang menyekutukan Allah dengan menyembah patung-patung orang shalih, sedangkan istri Nabi Luth ditelan bumi karena adzab Allah atas kaumnya yang melakukan liwath (homoseksual).
Semua cerita ini telah Allah rangkum dalam sebuah firmanNya yang indah dalam surat At-Tahrim ayat 10-12, yang artinya: “Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shalih di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah: dan dikatakan (kepada keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). Dan Allah membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisimu dalam Surga. Dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dhalim. Dan Maryam puteri Imran yang memelihara kehor-matannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitabnya dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.”
Semoga kisah para wanita ini bisa menjadi pelajaran bagi para wanita zaman ini untuk berkaca diri, kira-kira saya termasuk golongan yang mana? Apakah golongan yang dicintai Allah atau yang dimurkaiNya?
Bagi wanita yang belum berumah tangga, saat ini merupakan kesempatan besar baginya untuk memperbanyak amalan shalih dan mendekatkan diri pada Allah, bukannya justru menghabiskan masa mudanya dengan hura-hura dan kegiatan lain yang tidak bermanfaat. Dan bagi mereka yang sudah berumah tangga, selain menjaga keistiqomahannya dalam berIslam dia juga diberi beban tambahan oleh Allah untuk membantu suami menjalankan agamanya. Istri yang demikian meru-pakan harta yang paling berharga.
Dari kisah mereka, kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa dalam keadaan bagaimanapun, hendaknya ketundukan kepada syariat Allah dan RasulNya harus tetap di atas segala-galanya. Asalkan berada di atas kebenaran, kita tidak perlu takut dibenci oleh masyrakat, sahabat, maupun orang yang paling istimewa di hati kita. Justru kewajiban kita adalah menunjukkan yang benar kepada mereka. Dengan begitu kita akan mendapatkan cinta sejati .. cinta Allah Rabbul ‘alamin.
Mudah-mudahan kita selalu diberi keistiqomahan untuk menapaki dan mengamalkan syariat yang haq (benar) walaupun kita seorang diri. Amin.
Maraji’:
1. Ahkamun Nisa’, Ibnul Jauzi.
2. Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani.
3. Tuhfatul Ahwadzi, Al Mubarakfuri.
4. Wanita-wanita Shalihat Dalam Lintas Sejarah Islam, Muhyidin Abdul Hamid.
arrahmah.com

Hijab Punuk Unta?

Diposting oleh Fia Aulia di 09.32 0 komentar

hijab punuk onta
Hijab Punuk unta
Ini adalah kesalahan yang terjadi pada banyak wanita yang memakai jilbab, dimana mereka mengumpulkan rambut-rambut mereka di belakang kepala mereka sehingga menonjol dari belakang kepalanya seandainya mereka memakai jilbab di atasnya. Sesungguhnya hal ini menyelisihi syarat hijab yang telah kukumpulkan dalam kitabku “Hijab al-Mar’ah al-Muslimah minal Kitab was Sunnah”.
Dan diantara syarat-syarat tersebut adalah pakaian mereka tidak membentuk bagian tubuh atau sesuatu dari tubuh wanita tersebut, oleh karena itu tidak boleh bagi seorang wanita menggelung rambutnya dibelakang kepalanya atau disampingnya yang akan menonjol seperti itu, sehingga tampaklah bagi penglihatan orang walaupun tanpa sengaja bahwa itu adalah rambut yang lebat atau pendek. Maka wajib untuk mengurainya dan tidak menumpuknya.

Sumber : Silsilatul Huda wan Nur
diterjemahkan dari : http://www.baiyt-essalafyat.com/vb/showthread.php?t=10647

Adapun jika seorang wanita menggelung rambutnya karena ada kesibukan kemudian mengembalikannya setelah selesai, maka ini tidak mengapa karena ia tidak melakukannya dengan niat berhias, akan tetapi karena adanya hajat/keperluan.
Adapun mengangkat dan menggelung rambut untuk tujuan berhias, jika dilakukan ke bagian atas kepala maka ini masuk ke dalam larangan, berdasarkan sabda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam :
رؤوسهن كأسنمة البخت …“…kepala-kepala mereka seperti punuk unta…”, dan punuk itu adanya di atas.
Dan jika dikumpulkan di leher maka tidak masuk dalam larangan, akan tetapi hal ini jangan dilakukan ketika wanita itu mau pergi ke pasar, karena jika ia pergi ke pasar dalam keadaan menggelung rambut di kepalanya, ini akan tampak dari balik aba’ah (jilbab) sehingga akan menarik perhatian. Maka perbuatan ini dilarang jika ia mau pergi ke pasar.
Sumber : Liqo’ Bab al-Maftuh kaset no. 161
Diterjemahkan dari : http://www.mktaba.org/vb/showthread.php?t=13165

Perhatikan Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
 “ada 2 golongan ahli neraka belum pernah dilihat , pertama kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk mencambuk manusia. Kedua, kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang yaitu yang berjalan berlenggak lenggok, kepala mereka bagaikan punuk unta. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium bau Surga, padahal bau Surga bisa dicium dari jarak yang sangat jauh ” [Shahih Muslim]
wanita yang menguncir atau menggulung rambutnya sehingga nampak sebuah benjolan di bagian belakang dan nampak dari balik hijabnya .

sudah jelas melalui hadits di atas bahwa Allah mengancam setiap wanita yang keluar rumah menonjolkan rambut yang tersembunyi di balik hijabnnya dengan ancaman tidak dapat mencium bau Surga [wal ‘iyadzu billah], padahal bau Surga bisa dicium dari jarak yang sangat jauh.


Apabila telah ada ketetapan dari Allah baik berupa perintah atau pun larangan, maka seorang mukmin tidak perlu berpikir-pikir lagi atau mencari alternatif yang lain.
terima dengan sepenuh hati terhadap apa yang ditetapkan Allah tersebut dalam segala permasalahan hidup.
Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” [QS. Al-Ahzab: 36 ]
   
 Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu ..”
[Q.S. Al Hujaraat : 15]

Malu Bagi Muslimah

Diposting oleh Fia Aulia di 09.31 0 komentar
Pengantar
Malu itu bukan pemalu atau malu-maluin. Pemalu adalah rasa malu yang berlebihan, penyakit jiwa dan lemah kepribadian. Sifat malu tidak menghalangi tampil menyuarakan kebenaran, tidak menghambat belajar dan mencari ilmu.
Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata: “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah Saw seraya berkata: ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, itu bila ia melihat air (yang keluar dari kemaluannya karena mimpi)’” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)
Lakukan Apa Maumu!
Jika urat malu sudah hilang, maka “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta (bila kamu tidak malu, maka lakukanlah apa maumu!)” (HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).
Ada tiga pemahaman atas sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.
Pertama, ia ancaman. “Perbuatlah apa yang kamu mau, sesungguhnya Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Fushshilat: 40). Kedua, memberitakan kondisi orang yang tidak punya malu, bahwa mereka bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya aturan. Ketiga, ia berupa perintah kepada kita untuk bersikap wara’ (bersahaja, sederhana saja).
Malu yang Paripurna
Ada makna tersirat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu, menghindarlah!” Begitu kira-kira kalau bahasa bebasnya. Namun Salman Al-Farisi, seorang Shahabat, terkemukan punya pemahaman lain sehubungan dengan hadits itu.
  1. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila hendak membinasakan seorang hamba, maka Ia cabut perasaan malu.
  2. Bila malu telah dicabut, maka engkau mendapatkannya sebagai orang murka dan dimurkai.
  3. Bila ia sebagai orang pemarah dan dimurkai, maka dicabutlah sifat amanahnya.
  4. Bila sifat amanah dicabut, maka engkau akan mendapatkan ia sebagai pengkhianat dan dikhianati.
  5. Bila ia telah menjadi pengkhianat dan dikhianati, maka rahmat Allah dicabut dari dirinya.
  6. Bila rahmat dicabut, maka engakau akan mendapatkannya sebagai sosok pengutuk dan dikutuk.
  7. Bila engkau menemukannya sebagai pengkutuk dan dikutuk, maka dicabutlah darinya ikatan Islam” (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Fitan, hadits nomor 4044, sanadnya lemah, tapi isi haditsnya shahih).
Style Perempuan Banget
1.  Busana Takwa
Perempuan beriman adalah pemalu. Tampak malunya dari busana. Ia menggunakan busana takwa, menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat perempuan di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.
Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah, sebagian perempuan berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada terbuka. Model pakaian tersebut memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala lalu memerintahkan perempuan Muslimah menutupi bagian-bagian tersebut”.
2.  Menundukkan Pandangan
Menundukkan pandangan adalah bagian dari rasa malu. Mata itu punya sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan, dan isyarat tubuh, menimbulkan berjuta rasa di dada lelaki. Perempuan memiliki pandangan setajam anak panah. Lelaki segera faham akan pesan dari pandangan itu. Karena itu Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan lelaki dan perempuan menundukkan sebagian pandangan mereka.
3.  Menghindari Ikhtilat (Campur baur Lelaki-Perempuan)
Realitas, perempuan kini telah terjun ke arena sektor publik, sebagai profesional atau aktivis sosial-politik. Mereka melayani kepentingan sesama perempuan. Ada yang terpaksa. Bahkan banyak perempuan bekerja karena ia menjadi tulang punggung keluarga. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur dengan lelaki) tidak bisa terhindari.
Tetapi sesungguhnya kata ikhtilat tidak dikenal dalam warisan sejarah budaya Islam. Mungkin saja ia berasal dari bahasa asing. Kata tersebut tidak menenteramkan hati setiap muslim. Lebih baik menggunakan liqa’ atau muqabalah – yang keduanya berarti pertemuan—atau musyarakah (keterlibatan) seorang lelaki dan perempuan. Namun Islam mengeluarkan aturan secara umum terkait dengan masalah ini, melihat tujuan aktivitasnya atau maslahat dan bahayanya, gambaran utuh dan syarat-syarat yang harus diperhatikan di dalamnya. Dalam hal ini ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan perempuan, yaitu:
  1. Dibuatkan pembatas tempat pertemuan antara lelaki dengan perempuan.
  2. Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan.
  3. Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan perempuan.
  4. Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis).
  5. Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah.
  6. Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa.
  7. Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, bahkan sekalipun itu membayangkannya.
  8. Bagi perempuan, pakailah pakaian syar’ie, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara (perhatikan gaya bicara, jangan genit!) dan menatap, serta jaga kewibawaan dalam beraktivitas.
Penutup
Islam tidak mengekang perempuan. Ia bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh perempuan muslimah yang meyakini bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala melihat setiap polah dan desiran hati yang tersimpan dalam dadanya.

Wanita Yang Berpakaian Tetapi Telanjang, Sadarlah

Diposting oleh Fia Aulia di 09.30 0 komentar
Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini. Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.
Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)
Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275). Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.
Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun
An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.
Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.
Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.
Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut. Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)
Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.
Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.
Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.
Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)
Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.
Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini
Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?
An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah: Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya. Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)
Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!
Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ….
Oleh : Muhammad Abduh Tuasikal

Wanita

Diposting oleh Fia Aulia di 09.30 0 komentar
Dari telinga jatuh ke hati, itulah wanita, mudah terpesona dengan apa yang didengarinya.
Akibatnya, sering tertipu antara pujian hakiki dan tipu helah perangkap.
Dari mata jatuh ke hati, itulah lelaki, mudah terpesona dengan apa yang dilihatnya, hingga kerap terkeliru antara indah hakiki & palsu.

Oleh karena itu, wanita perlu berhati-hati dengan ucapan indah yang didengarnya, & lelaki perlu menjaga pandangannya…

Hukum Mengerik Bulu Alis

Diposting oleh Fia Aulia di 09.29 0 komentar
Oleh: Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan


Haram bagi wanita muslimah untuk mengerik rambut alisnya dengan cara apapun baik mencukur, memotong ataupun menggunakan alat pengerik seluruhnya ataupun hanya sebagian. Karena ini termasuk namsh (pengerikan) yang dilarang oleh Nabi Shallallahu’alaihi wasallam. Orang yang melakukannya baik namishah (pengerik alis) maupun mutanamishah (yang meminta dikerik) mereka telah dilaknat oleh beliau Shalallahu’alaihi Wassalam.


Namishah adalah orang yang mengerik atau menghilangkan rambut alis sebagian atau seluruhnya untuk memperindah sesuai dengan kemauannya. Sedangkan Mutanamishah adalah orang yang minta dikerik atau dihilangkan alisnya. Hal ini tergolong perbuatan merubah ciptaan Allah azza wajalla, yang mana syaitan berjanji untuk memerintahkan hal itu kepada anak cucu Adam. Sebagaimana perkataannya yang diceritakan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,


وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ


“Dan pasti aku akan menyuruh mereka merubah ciptaan Allah lalu benar-benar dia merubahnya” (QS. An Nisa: 119)


Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:


عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: لَعَنَ اللهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللهِ تَعَالَى، مَالِي لاَ أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي كِتَابِ اللهِ: {وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ}


Di dalam kitab Shahih dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam bersabda, “Allah melaknat orang yang membuat tato, orang yang minta dibuatkan tato, orang yang mengerik alis, orang yang minta dikerikkan alis, orang yang mengikir giginya dengan maksud memperindah dengan merubah ciptaan Allah.”


Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, “Mengapa saya tidak mengutuk apa yang dikutuk oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam sedangkan di dalam kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ’Apapun yang disampaikan oleh Rasul kepadamu maka laksanakanlah, dan apapun yang dilarangnya maka jauhilah’ (Al Hasyr:7)” (Hadist Riwayat Bukhari – Muslim) Ibnu Katsir menceritakan hal itu di dalam Tafsirnya (2/359 cetakan Dar Al-Andalus


Kebanyakan wanita di masa kini tergoda untuk melakukan perbuatan ini, yang hal itu merupakan dosa besar dari dosa-dosa besar yang kebanyakan dilakukan oleh wanita sekarang sehingga Namsh (kerikan alis) menjadi sebuah kebutuhan pokok harian. Dan seorang istri tidak diperbolehkan mentaati suami jika ia menyuruh berbuat hal tersebut karena hal itu maksiat.


[Dinukil dari kitab Tanbihat ‘ala Ahkam Takhtash bil Mukminat, Penulis Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, Edisi Indonesia Sentuhan Nilai Kefiqihan Untuk Wanita Beriman, Diterbitkan oleh Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia di Jakarta, hal. 18-19]

Jangan Terlalu Bersedih

Diposting oleh Fia Aulia di 09.28 0 komentar
Wahai saudaraku …
Mungkin saat ini kau dirundung duka
Tetapi seharusnya tidak membuat engkau berlarut lama
Wahai saudaraku …
Ingatlah, kondisi kita tidak selamanya harus dalam suka
Kadang akan merasakan duka
Suka dan duka akan terus berganti dalam hidup kita
Wahai saudaraku …
Takdir Allah itu begitu baik
Jika kita pandang dari satu sisi mungkin terasa tidak enak
Namun coba kita pandang dari sisi lain, Allah punya maksud lain yang terbaik
Wahai saudaraku …
Bukankah Nabimu –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit (yang terus menimpa), kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.[1]
Perhatikanlah bagaimana janji Rabbmu
Dosa-dosamu akan berguguran satu demi satu
Jadi tidak perlu bersedih …
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Di balik kesulitan ada kemudahan yang begitu banyak
Karena satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan
Jadi tidak perlu bersedih …
وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ
Sesungguhnya pertolongan akan datang bersama kesabaran[2]
Jalan keluar begitu dekat bagi orang yang bertakwa
Pertolongan mudah datang jika seseorang bersabar
Jadi tidak perlu bersedih …
Jagalah hati, lisan dan anggota badan dari berkeluh kesah
Ridholah dengan takdir ilahi
Jadikan sabar sebagai jalan meraih pertolongan.
Musibah semakin mendewasakan diri
Musibah semakin meninggikan derajat di sisi Allah
Musibah semakin menguji iman seseorang
Moga Allah menjadikan badai cepat berlalu
Moga Allah menjadikan diri kita menjadi orang yang bersabar
Moga Allah membalas orang yang bersabar dengan JANNAH

Riyadh KSA, 17 Muharram 1432 (23rd Des 2010)

Mereka Mengajari Kami Membenci Islam

Diposting oleh Fia Aulia di 09.26 0 komentar
Dunia kami, dunia remaja yang penuh dengan gemerlap dan mimpi. Siapapun pasti akan berharap akan selamanya berada dalam dunia yang indah ini. Berbondong- bondong manusia menyajikan hiburan untuk kami. Entah dengan apapun tujuan mereka, bisnis, uang atau apapun. Bagai komoditi ekspor yang sangat menjanjikan keuntungan, berbagai `produk` khusus dunia remaja pun ditawarkan untuk kami.
Salah satunya dari yang mereka tawarkan adalah produk hiburan. Mereka mengirimkan paket- paket hiburan yang dikemas apik untuk kami, agar kami terhibur dengannya. Salah satunya adalah lewat musik. Begitu syahdu kami mendengarnya, berjingkrak- jingkrak bergembira dengannya dan menghafalkan setiap bait- baitnya, bahkan begitu sangat kami menghayatinya sampai dalam hati.
Jangan tanya berapa banyak jumlah lagu yang telah kami hafal. Musik bagi kami adalah sudah menjadi gaya hidup yang sangat mengasyikkan. Acara nge fans dengan idola, berteriak histeris, khususnya bagi remaja wanita, saat bertemu dan menyapa idola mereka, adalah sudah menjadi pemakluman semua orang yang melihat, dan bukan sebuah hal yang tabu di negeri ini, bahkan cenderung mengasyikkan. Itulah remaja.
Tidak hanya itu, produk buatan mereka yang terasa melambungkan impian dan fantasi kami para remaja ini, adalah tren fashion yang mereka gelar dan umumkan ke seantero negeri. Bagi kami yang masih sangat labil, hal itu adalah menarik. Akhirnya kami tak sungkan- sungkan menghabiskan jutaan rupiah demi memuaskan obsesi manusia dengan penampilan yang selalu up to date.
Dalam pergaulanpun mereka mencontohkan bahwa, pergaulan tanpa batas antara laki- laki dan perempuan adalah hal yang asyik. Hal ini sebagian besar mereka perlihatkan lewat hiburan melalui perantara media, entah televisi, radio, dan banyak media lainnya.  Kamipun sedikit demi sedikit meniru gaya mereka dalam bergaul.
Sampai akhirnya….
Waktupun akhirnya mengajarkan kami berpikir. Berpikir bahwa dunia yang mereka tawarkan ternyata sesat. Mereka mengajarkan kami terutama kalangan remaja wanita untuk tidak punya lagi rasa malu. Wanita yang berpakaian minim semakin dipuja, dan di tinggikan derajatnya dengan julukan seksi. Mereka memutar balikkan fakta dan rasa, bawa seksi adalah sebuah keunggulan dan keharusan yang wajib dimiliki wanita jika mereka ingin dicintai. Belum lagi, bahwa perempuan bisa berkeliaran dan tidak boleh seorangpun melarang mereka. Ini karena wanitapun punya hak yang sama dengan laki- laki. Ditambah lagi, wanita haruslah berdandan saat keluar agar selalu tampil menarik, dan kecantikan itu akhirnya dapat dilihat oleh selain suaminya. Benar- benar, kesenangan yang ditawarkan mereka tak lain ternyata hanya merendahkan wanita.
Senang- senang yang mereka tawarkan juga telah menjauhkan kami pemikiran bekerja keras dan mengenalkan proses hidup yang ekspres untuk mendapatkan kemakmuran. Dengan sederet fantasi yang kami lihat, adalah bahwa anak muda terasa makin bergaya dan bahagia, hanya jika kelak bisa menjadi orang kaya. Jadilah kami orang- orang yang sangat mencintai dunia, dan melalukan apapun demi mendapatkan harta dunia, sampai- sampai kami lupa perbekalan kami menuju akherat. Masyaallah….
Dengan ijin Allah, akhirnya kami juga bertanya pada diri sendiri, berapa banyak ayat- ayat alquran yang telah kami hafal di luar kepala, dan begitu syahdu mengalun dibatin kami?. Firman- firman Allah yang begitu penuh kemuliaan dan kesejukan seakan terasa membosankan dan terlalu susah dipahami setelah tempat prestigenya terganti oleh alunan syair dari para penyanyi. Kamipun baru tersadar, betapa jadwal  `laporan` 5 kali ku kepada Allah, telah kocar- kacir ndak jelas lagi.
Ternyata, telah begitu jauh mereka telah membelokkan arah pikiran kami dari sebuah kedamaian. Dan bodohnya kami adalah, kami mengikutinya, bahkan menikmatinya. Kedamaian yang mereka tawarkan hanyalah sesaat dan sangat semu. Mereka benar- benar telah menjauhkan kami dari Allah. Menjadikan kami seseorang yang kehilangan jati diri, atau dengan kata lain adalah sebagai plagiat sejati. Bagaimana tidak, lihatlah pola hidup kami. Begitu banyak mencontoh manusia yang bergonta- ganti setiap hari. Ya karena dahulu aku mengaku sebagai penggemar mereka. Dan ketika pamor mereka tenggelam, maka bergantilah aku dengan style yang lain. Berganti, dan berganti setiap saat. Sama sekali tidak ada nilai pakem dari semua itu. Dan sampai suatu saat, aku telah menyadari bahwa usiaku semakin bertambah, masa remajaku telah menghilang, namun aku masih belum menemukan sesuatu. Begitulah, betapapun hebatnya plagiat, dia akan tetap selalu menjadi no. 2.
Tanpa sadar, orang- orang yang membenci Islam juga telah membentukku menjadi seseorang seperti mereka. Berpikiran seperti mereka, bergaya hidup mencontoh mereka, dan mungkin arahnya nanti akan berganti agama seperti mereka. Naudzubillah…
Namun aku masih beruntung, bahwa Allah subhanahu wata`ala benar- benar menyadarkanku bahwa aku sudah terlalu jauh  berbelok dari sebuah nilai yang lurus. Dengan mind set yang seperti ini, entah mengapa aku seperti diasingkan dengan agamaku sendiri, dengan tuhanku sendiri. Aku digiring untuk menghina agamaku sendiri dengan sebuah konsep modern yang mereka tawarkan.
Lihatlah pakaian teman- teman wanitaku, mereka mengajak kami berpikir, bahwa menutup aurat itu kuno dan sangat ribet. Mereka menggantinya dengan design elegan dan modern ala mereka, yang benar- benar jahiliyah. Sama sekali tidak anggun, bahkan terlihat telanjang, menyerupai hewan. Dan bodohnya kami, adalah kami mengikuti, dan menikmatinya.
Lihatlah betapa mereka membuat kami, para remaja ini untuk membenci Islam. Mereka menghembuskan isu- isu yang mengadu domba sesama muslim dan membuat kami membenci manusia lain yang justru begitu taat dengan perintah Allah.
Lihatlah betapa pengecutnya mereka. Mereka menggunakan segala cara agar memandulkan Islam karena kuatnya kebencian mereka. Dan mereka tidak menggunakan tangan mereka sendiri, melainkan menggunakan tangan- tangan orang yang mengaku Islam namun dengan rela menjual kehormatan mereka itu demi dunia. Di buatlah kami asing terhadap Islam lewat sejuta kenikmatan dunia yang mereka tawarkan. Lalu setelah itu, dengan mudahnya mereka mengobok- obok Islam sebagai kehormatan kami ini, sebelum akhirnya mengadu domba kami.
Akhirnya kami menghujat Allah, mempertanyakan kembali, memprotes bahkan coba merevisi segala aturan Allah, dan akhirnya melupakan Allah. Dan siapa lagi yang lebih empuk sasarannya untuk semua itu kalau tidak kami para anak muda yang masih labil, penuh dengan emosi, cita- cita dan proses mencari. Dan ibarat tunas, maka kamilah yang akan menjadi cikal bakal pohon selanjutnya. Dan dengan konsep pikiran mereka yang telah tertanam di pikiran kami, maka di esok hari, ketika kami dewasa, kami akan di bentuk untuk menjadi pengikut mereka yang setia.
Ah, begitu banyak jika kami harus menghitung satu- persatu ke alfaan dan durhaka kami kepada Allah yang maha pengasih. Dan ternyata memang benar, sebuah hidayah itu bahkan lebih mahal dari pada apapun. Maafkan kami Ya Allah, dan mohon berikanlah kami hidayah untuk kembali kepada kesucian  Islam, dan semoga masih ada sisa umur kami untuk memperbaiki kekhilafan yang kami lakukan selama ini. Aamiin.
(NayMa/ Voa-islam.com)

Wanita Dunia dengan Bidadari Syurga. Mana yang lebih Istimewa?

Diposting oleh Fia Aulia di 09.26 0 komentar
Wanita dunia dengan bidadari yang Allah sediakan di syurga, mana yang lebih istimewa?

Ramai yang begitu seronok apabila membaca keindahan-keindahan ciptaan bidadari dalam syurga terutama lelaki.

Tetapi, sebenarnya, seindah manapun bidadari di syurga sana, namun sebenarnya, wanita-wanita dunia itu lebih indah lagi….

Tetapi, keindahan wanita dunia itu, apa karakternya dan bagaimana pula sifatnya?

Yuk kita teliti maksud hadith yang panjang ini!

Semoga dengan hadith ini, kalian wahai wanita, meninggikan lagi usaha untuk menjadi wanita yang bakal dicemburui oleh bidadari !

At-Thabrani meriwayatkan dari Ummu Salamah r.a., dia berkata, saya pernah bertanya :

“Ya Rasulullah, beritahu saya tentang mereka yang diceritakan Allah s.w.t. dalam firman-Nya:

22. dan (mereka dilayani) bidadari-bidadari yang matanya bercahaya,

[Al-Waqiah :22]

Baginda bersabda : “(Mereka adalah) bidadari-bidadari, yang matanya bercahaya. Pelupuk mata bidadari-bidadari itu (selalu berkedip-kedip) bagaikan sayap burung nasar.”

Saya berkata : “Beritahu saya tentang firman-Nya:

23. seperti mutiara yang tersimpan dengan sebaik-baiknya.

[Al-Waqiah : 23]

Baginda bersabda : (Mereka berkulit) jernih sejernih mutiara yang tersimpan dalam kerangnya, yang belum disentuh tangan-tangan (manusia).”

Saya berkata : “Ya Rasulullah, beritahu saya tentang firman-Nya:

70. Dalam kedua-dua syurga itu juga terdapat (teman-teman) yang baik akhlaknya, lagi cantik parasnya;

[Ar-Rahman : 70]

Baginda bersabda : “(Mereka) baik akhlaknya, cantik jelita wajahnya.”

Saya berkata : “Ya Rasulullah, beritahu saya tentang firman-Nya :

49. (Putih kekuning-kuningan) seolah-olah mereka telur (burung kasuari) yang tersimpan dengan sebaik-baiknya.

[As-Saffat : 49]

Baginda bersada : “Kelembutan mereka selembut selaput dalam telur, yang ada di sebalik cengkerangnya, iaitu kulit ari yang lekat pada putih telur.”

Saya berkata : “Ya Rasulullah, beritahu saya tentang firman-Nya:

37. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.

[Al-Waqiah : 37]

Baginda bersabda : “(Mereka adalah) wanita-wanita yang di dunia sudah menjadi nenek-nenek yang buruk dan beruban, di syurga mereka menjadi wanita-wanita kesayangan yang penuh cinta, umur mereka sebaya seolah-olah lahir pada hari yang sama.”

Saya berkata : “Ya Rasulullah, beritahu saya mana yang lebih utama, wanita dunia atau bidadari?”

Baginda bersabda : “Bahkan wanita dunia lebih utama daripada bidadari, seperti lebih utamanya zahir atas batin.”

Saya bertanya : “Ya Rasulullah, kerana apa?”

Baginda menjawab : “Kerana solat, puasa, ibadah mereka kepada Allah. Allah s.w.t. memberi cahaya pada wajah mereka, dan memakai sutera pada tubuh mereka. Warna kulit mereka putih, pakaian mereka hijau, perhiasan mereka kuning, tempat menyimpan mereka mutiara, dan sisir mereka emas. Mereka berkata, ‘Kami adalah wanita-wanita abadi, tidak akan mati.Kami adalah wanita-wanita bahagia, tidak akan miskin selama-lamanya. Kami adalah wanita penduduk tetap, tidak akan pindah selama-lamanya. Ketahuilah, kami adalah wanita-wanita yang telah redha, tidak akan marah selama-lamanya. Berbahagialah orang yang menjadi milik kami dan kami menjadi miliknya.”

Saya bertanya : “Ya Rasulullah, di antara kami ada seorang wanita yang bersuamikan dua, tiga atau empat orang lalu meninggal. Kemudian wanita itu masuk syurga dan (bekas-bekas) suaminya pun semua masuk syurga. Siapakah yang akan menjadi jodohnya?”

Baginda menjawab : “Wahai Ummu Salamah, wanita itu akan disuruh memilih, maka dia memilih suami yang paling luhur akhlaknya. Wanita itu berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya lelaki ini adalah yang terbaik akhlaknya terhadapku semasa di dunia, maka jodohkanlah aku dengannya.’ Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan dunia dan akhirat.”

Rujukan | Kitab An-Nihayah : Fitanun Wa Ahwalun Akhir Az-Zaman karya Ibn Kathir

Bangga Memakai Jilbab Dan Melihat Wanita Berjilbab

Diposting oleh Fia Aulia di 09.24 0 komentar
Seorang wanita sempurna seperti setangkai mawar berduri. Dan kesempurnaan mawar adalah pada durinya.
Namun terkadang orang menganggap duri pada mawar menganggu, merusak bahkan mengurangi keindahan kelopak mawar.
Padahal justru dengan duri itulah setangkai mawar jadi sempurna, terjaga, terlindungi, tak dipetik sembarang orang.
Mawar adalah wanita, sedangkan duri pada mawar adalah aturan yang melekat dari Allah bagi seorang wanita.
 

Fia Aulia's Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea