Kamis, 29 Agustus 2013

Aurat di Kaki ku ??

Diposting oleh Fia Aulia di 05.39 0 komentar









Masalah Kaos kaki memang terdengar sepele. tapi ini cukup untuk merepresentasikan pemahaman seorang Muslimah akan agamanya.
Masalah Sepele Ini bisa memperlihatkan komitmen dan kekuatan 'azzam seorang Muslimah dalam menjaga 'izzah atau kehormatanya..


Alhamdulillah , diri ini baru sahaja melangkah ke arah penghijrahan ini.
Menutup aurat kaki.


Doakan ia berkekalan.

Wanita itu lemah? siapa yang bilang?

Diposting oleh Fia Aulia di 05.37 0 komentar








Wanita itu lemah? siapa yang bilang?


tahukah kamu…


Orang pertama yang beriman atas kerasulan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah wanita, yaitu khadijah RA.



darah pertama yang tumpah (syahid) fii sabilillah adalah darah wanita, yaitu Sumayyah binti Khayyath

Salah satu ilmuan terhebat dalam Islam adalah wanita, Aisyah RA
Orang yang membuat pengorbanan terbesar dalam satu hari untuk Islam adalah seorang wanita-Khansaa (RA)

Salah satu pejuang terbesar dalam sejarah Islam adalah seorang wanita-khawla bintI al-aswar(RA)

Jadi, jangan pernah membiarkan seseorang pria mengatakan kepada kamu bahwa wanita itu lemah, terbatas atau tertindas dalam Islam! “♥

Nasib Perempuan Dalam Dua Bingkai Ideologi

Diposting oleh Fia Aulia di 05.32 0 komentar


Oleh: Tias Windi Alvita


Sudah tak asing lagi kala pagi menyapa kita disuguhi dengan pemandangan lalu lalang para perempuan yang bersiap menuju tempat bekerja. Mulai dari buruh yang diangkut oleh mobil perusahaan, kuli serabutan, hingga perempuan kantoran dengan mobil pribadi yang menawan. Wacana pemberdayaan ekonomi perempuan yang kian didengungkan oleh pemerintah telah mendorong para perempuan untuk terjun dalam dunia kerja. Bahkan tak jarang pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki pun ikut digelutinya. Slogan kesetaraan gender pun tak lupa disandingkan sebagai alasan. Jumlah perempuan yang bekerja setiap tahunnya juga terus menunjukkan peningkatan. Sebanyak 65 persen dari total 135 juta perempuan indonesia usia produktif (25-45 tahun) berprofesi sebagai perempuan karir.

Hal ini menunjukkan wacana pemberdayaan ekonomi perempuan telah berhasil mendorong para perempuan untuk terjun ke dunia kerja tanpa mempedulikan lagi jenis pekerjaan yang mereka geluti. Hasilnya, peran utama perempuan sebagai seorang ibu pun mulai bergeser menjadi pencari nafkah. Lalu siapa lagi yang akan diharapkan menjadi pendidik generasi ketika perempuan yang fitrahnya menjadi ibu menjalankan peran yang sama seperti ayah?

Sebagaimana kita tahu bekerja mempunyai kaitan yang erat dengan kebutuhan hidup. Himpitan ekonomi yang makin mencekik kehidupan rakyat makin menambah panjang daftar penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pun kian hari bertambah banyak. Alhasil, sebagai solusi pemerintah menggulirkan program pemberdayaan ekonomi perempuan. Pemerintah beranggapan dengan memberdayakan perempuan maka ekonomi keluarga akan terangkat. Namun pada faktanya, pemberdayaan ekonomi perempuan justru semakin memperkeruh masalah. Mulai dari peran ibu yang semakin terpinggirkan, anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian, hingga meningkatnya jumlah perceraian.

Pemberdayaan ekonomi perempuan telah menjadi alat yang sedikit demi sedikit menggerus tatanan keluarga yang seharusnya menjadi tempat utama pencetak generasi penerus bangsa. Tidak hanya itu, perempuan bekerja kini tidak lagi melihat jenis pekerjaan yang mereka geluti. Jam kerja yang panjang dan melelahkan dengan upah murah membuat perempuan semakin tereksploitasi. Demi sesuap nasi perempuan harus ikut menjadi kuli yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perempuan. Terlebih lagi perempuan yang bekerja di kantor maupun di mal-mal, mereka tidak hanya tereksploitasi dari sisi tenaga tetapi juga fisik. Betapa tidak, mereka diharuskan berpenampilan menarik, bahkan tak segan-segan mengumbar aurat yang seharusnya mereka jaga. Nyatalah pemberdayaan ekonomi perempuan justru semakin menghinakan perempuan.

Permasalahan kemiskinan yang berkesinambungan dengan pemberdayaan ekonomi perempuan tak lepas dari sistem kehidupan yang kini diterapkan di Indonesia yaitu demokrasi kapitalisme. Sistem kapitalisme yang senantiasa berorientasi materi terus menunjukkan perlakuan keji terhadap perempuan. Kapitalisme memandang perempuan sebagai komoditi yang dapat dieksploitasi untuk menghasilkan materi sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya. Karakteristik perempuan yang teliti, tekun, dan tidak banyak protes membuat para kapitalis semakin semena-mena, karena dengan upah yang rendah mereka mendapatkan tenaga yang banyak. Sistem kapitalisme tidak hanya mengeksploitasi perempuan saja. Kapitalisme memaksa perempuan harus ikut bekerja dikarenakan biaya hidup yang melambung tinggi namun penghasilan keluarga tidak mencukupi. Dari sinilah seharusnya kita, umat Islam, sadar bahwa sistem rusak ini harus segera kita kubur dalam-dalam dan menggantinya dengan sistem yang mengembalikan perempuan pada fitrahnya yaitu sistem Islam. Mengapa Islam?

Islam bukanlah sekedar agama ritual semata. Islam adalah sebuah ideologi yang didalamnya terdapat berbagai aturan kehidupan untuk manusia yang berasal dari sang pencipta. Dalam Islam, Allah Ta’ala telah memberikan porsi masing-masing dalam menciptakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki diciptakan dengan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang berat sesuai dengan tugasnya yaitu menghidupi keluarga secara layak. Sedangkan perempuan diciptakan dengan bentuk kesulitan yang dialami perempuan yaitu mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak. Oleh karena itu, Islam menghendaki agar perempuan melakukan pekerjaan/karir yang tidak bertentangan dengan fitrah keperempuanannya dan tidak mengungkung haknya di dalam bekerja, kecuali pada aspek-aspek yang dapat menjaga kehormatan dirinya, kemuliaannya dan ketenangannya serta menjaganya dari pelecehan dan pencampakan.

Islam telah menjamin kehidupan yang bahagia dan damai bagi perempuan dan tidak membuatnya perlu untuk bekerja di luar rumah dalam kondisi normal. Islam membebankan ke atas pundak laki-laki untuk bekerja dengan giat dan bersusah payah demi menghidupi keluarganya. Maka, ketika perempuan tidak atau belum bersuami dan tidak di dalam masa menunggu (‘iddah) karena diceraikan oleh suami atau ditinggal mati, maka nafkahnya dibebankan ke atas pundak orangtuanya. Bila perempuan sudah menikah, maka sang suamilah yang mengambil alih beban dan tanggung jawab terhadap semua urusannya. Jika perempuan tidak memiliki orang yang bertanggung jawab terhadap kebutuhannya, maka negara lah yang berkewajiban atas nafkahnya.

Ketika kondisi yang teramat mendesak yang menjadikan perempuan terpaksa diperbolehkan bekerja ke luar rumah maka ia harus mendapatkan izin dari walinya, tidak boleh bercampur baur maupun berkhalwat dengan yang bukan mahramnya. Perempuan juga wajib menutupi seluruh tubuhnya dengan jilbab dan kerudung di hadapan laki-laki asing dan menjauhi semua hal yang memicu timbulnya fitnah. Ia juga harus berkomitmen dengan akhlaq Islami dan hendaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan tabi’at dan kodratnya, seperti dalam bidang pengajaran, kebidanan, dan menjahit. Semua penjagaan itu hanya bisa dilakukan dengan adanya peran negara, yaitu negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh yang menjamin kehormatan perempuan secara utuh yang hanya bisa terwujud dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyyah.

Wallaahu’alam bish shawab

Fia Aulia

Diposting oleh Fia Aulia di 05.05 0 komentar





Kamis, 15 Agustus 2013

Fia Aulia

Diposting oleh Fia Aulia di 10.03 0 komentar
Saya Percaya Bahwa ALLAH SWT. bersama saya kapanpun dan dimapun saya berada,
dan Cobaan itu adalah Bentuk Ujian untuk meningkatkan kualitas IBADAH KESABARAN AKHLAK dan lebih DEKAT kepadaNYA..




Mohon Maaf Lahir Bathin,,,
thanks for following me, :)
 

Fia Aulia's Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea